Wahai air mataku
Lama aku tak berbincang ria membawakan segelas teh hangat pada jamuan kita
Padahal sudah semestinya pembahasan ini menjadi problematika yang harus kita babat habis akar benalunya
Tentang kehadiranmu yang amat mengusikku, saat hampir acapkali mentari mengemas cahayanya
Air mataku
Sudah kami diktekan seperti guru ngaji yang mengeja
Berhentilah mengiba pada yang tak layak tuk dimintai iba
Berhentilah berharap pada yang memiliki barang setitik celah kemungkinan untuk kecewa
Wahai air mataku
Usaplah sendiri tetesanmu
Karena memang tak ada sesiapapun yang iba dan sudi mengusap kegetiranmu!
Termasuk diriku sendiri
Jadilah air ekspresi yang tegar
Yang hanya tertetes sendu
Kala terusiknya kesejahteraan ukhrawi
Saat qalbu kaku membatu
Tak lagi berorientasi pada Sang Illahi
Kawal, 14 November 2020
-Zakia Mubarak-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar