Selasa, 23 Februari 2016

Nanti Bagaimana Nanti

Oleh: Zakia Mubarak


Kutanyakan pada kau tentang kepastian

Yang akan datang

Kepastian bertanya padaku tentang kau

Sudahkah bertobat atas dusta kemarin

Ia enggan datang

Katanya jika kau tetap berbuntut muka dua

Sekian lama kuhabiskan waktuku

Menunggu yang bagaimana nanti

Sampai sang nanti memberi keputusan

Sampai kapan?

Sempat tersirat

Diriku kah yang mudah percaya?

Namun beruntungnya kau

Aku adalah orang yang baik

Jika suatu saat nanti aku bertemu dengan tak juga datang

Aku akan bertanya

Nanti bagaimana?

Senin, 01 Februari 2016

Cahaya diatas makhluk -Zakia Mubarak-



Cahaya di atas meliputi seluruh

Cahaya

Dibawah manfaati pihak

Cahaya diatas cahaya-cahaya

Menengadahlah tangan-tangan makhluk

Yang banyak dari mereka adalah rasa tak tahu terimakasih

Cahaya diatas cahaya-cahaya

Yang kebanyakan makhluk-Nya menggelapkan diri

Mengabungkan hati

Tak tahu arti bersyukur yang hakiki

Bingkisan Duka -Zakia Mubarak-



Aku melati tak bercorak

Kau simpan dan mereka takuti

Aku wangi tak berduri

Kau pajang tak menarik hati

 Mawar bukanlah aku

Terimalah

Bingkisan duka

Air mata


Zionis -oleh: Zakia Mubarak-



Humus pun enggan mengepulkan derap kakimu
Namun bila bukan karena sunnah-Nya
Jika kami memang pemain sumpah serapah dan janji
Akan kami lumuri lisan dan raga ini dengan busuknya cara
Tetapi kami tidaklah seperti engkau
Kami yakin akan kebenaran janji-Nya

Kau. Kami tahu takut terhadap kami
Kerana takut mati

Demi Dzat yang jiwaku berada didalam genggaman-Nya
Tekkan sudi kami, menyerahkan tanah suci ini kepadamu
Meski sejengkal adanya

Enyahlah dari bumi Al-Quds wahai yang dilaknat!
Kau maju
Dan kami takkan mundur

Hingga tiba saatnya khilafah bangkit
Kami berbondong-bondong mengangkat silah tinggi-tinggi
Menjemput kemenangan itu
Saat itulah terakhir kalinya matamu melihat dunia

Kemudian terpejamlah
Untuk selama-lamanya

Agustus 15, oleh Zakia Mubarak



Bagi yang miliki objek genggaman

Hanya kuasa mengeruk pasir-pasir

Lagi setelah lagi

Terbawa sepoinya angin halus

Laik diriku aku

Tak pernah menatap dua mata yang sama lama-lama

Tak milik lingkaran kepala tolak penat

Bosan kata-kata

Berjumpa insan baru ini itu

Jahatnya orde

Yang jauh terasa dekat

Yang dekat terasa jauh

Kalbu kita lumer suuzon

Tanpa tahu yang tersenyum

Ternyata yang menusuk punggung

Bukan aku bingung

Hanya terheran-heran


Penjaja Darah -Zakia Mubarak-



Darah murah.. darah murah

Yang dibeli oleh jalinan huruf

Disuguhkan untuk telinga dan mata

Khalayak awam


Kita punya 10 jari ditangan, kawan

Tetapi sibuk dengan cincin masing-masing

Sibuk menghias demi menarik

Lupa akan fungsi tangan


Sudikah nurani

Saat tempat bernaung dibumi hanguskan

Ketika sulbi-sulbi dibantai lenyapkan


Itulah mereka penjaja darah


Bukanlah mereka yang tinggal ditanah air

Melainkan tanah air mereka yang hidup atas darah mereka


Jika aku boleh kasar

Bukankah kita jua dulu seperti itu?


Ya Rabb Aku rindui dekapan cinta dari-Mu Kala ibadah terasa syahdu Menyesapi ranumnya cinta yang tak terhingga batasnya Apa Engkau masih ada...